Kamis, 14 Desember 2017

Sinopsis Tari Dolalak Jalan-jalan

No Undi : 02


Dolalak Jalan-Jalan

Jalan-jalan
Bukan berarti melangkah meninggalkan sejarah.
Karya ini menceritakan ringkasan perjalanan Dolalak mengikuti perkembangan zaman, dari era dolalak pakem/klasik, kreasi, hingga dolalak zaman now. Perkembangan dolalak masa kini mulai kehilangan arah dalam melangkah, menjauh dari pakem dan lebih mementingkan komersialnya. Jati diri dolalak akan ambyar termakan pasar, anak-anak mengira dolalak adalah tontonan pamer paha dan ajang hura-hura, bukan nguri-nguri budaya. Ketol mania mulai bercermin memilah dan memilih, berkembang bukan berarti menghilangkan rasa, tapi memperkuat tradisi menjadi jatidiri memberikan rasa  yang kuat dalam jiwa.
Dolalak sak iye, ra nganggo pakeme
Menceng rono, yo menceng rene
Ana dangdute, ana reagene, apa iya ana hip-hope?
Do mikir payune, do ketok seksine,
Ora eling bocah cilik uga ngematke.
Modern dengan budaya, bukan budaya yang dimodernkan.

Kembalikan originalitas dolalaku, tuntutan pasar bukan alasan melupakan tradisi. 


Tersebut diatas adalah sinopsis dolalak Jalan-jalan dari kelompok Dolalak Ketol Mania pada Festival Dolalak Kabupaten Purworejo tahun 2017.

Rabu, 25 Januari 2017

Sahabat, saya, dan burjo

Ini menu semalam.
Jadi teringat masa PPL, bersama Muhammad Gunanggoro Priambodo, Larindah Septiyani, R Tanjung Putro.
Suatu ketika,
Kami kebetulan semuanya the kopites (Alias fansnya Liverp**l FC). Waktu itu kami disatukan kembali dg ini, ternyata mas gun, mbak larindah, dan saya sama-sama suka burjo juga.
Singkatnya, ba'da Maghrib kami sepakat untuk jalan2 disekitaran rumah singgah untuk sekedar membeli burjo. Tanjung kala itu setengah hati untuk ikut karena tidak begitu suka. Tapi setelah berfikir sejenak ia memutuskan untuk ikut, tapi sekedar menemani, karena katanya tidak suka.
Akhirnya kita nongkrong dah tu di penjual burjo, dekat lapangan, penjualnya orang madura. Mas gun dan mbak larindah pesen burjo pakai es, saya pesen yanh anget.
Setelah burjo dingin disajikan, tanjung sedikit tertarik nih, mungkin nampak lexat kali ya. Tanjung tampak seperti berfikir sejenak, dan akhirnya pesan juga, burjo hangat.
Hening sejenak, menjadi begitu ramai saat sendok dan mangkuk kami saling berkicau sahut2an, dan sedikit candaan kecil dari kami. Tak berapa lama, dalam sekejap burjo kami pun tatas, mangkuk bersih seperti belum dipakai hahaha, begitu pula dengan tanjung. Tak berapa lama mata saya, mbak larindah, dan mas gun terbalalak dan kurang percaya, ketika mendengar si Tanjung minta tambah.
Kami seketika tertawa, wong katanya ndak suka kok malah tambah. 😂
Spontan kami pun bertanya "tanjung lapar, apa doyan", tanjung pun membalas "wong enak kok".
Dan beruntungnya, kalau ndak salah waktu itu tanjung juga yang kemudian mentraktir kami, dan setelah hari itu, ketika tanjung mampir ke rumah singgah, ia mengajak kami untuk membeli burjo lagi.
Flag Counter