Tembang ini tercipta terinspirasi dari mewabahnya Virus Corona atau Covid 19 di Indonesia. Cukup menarik untuk disimak, dikembangkan dari Jineman Uler Kambang dan liriknya disesuaikan dengan kampanye bersama melawan Corona. keren, boleh disimak disini ya
Yomung siji sesotyaku memanikku mung kangmas wong Bagus
Ya Hanya satu kesetiyaanku, hartaku Kanda orang tampan
Panyuwunku mugo Kangmas ora lali marang janji setyamu
Do'aku semoga Kanda tidak lupa dengan janji setiamu
Nanging kabeh kui muspro eling kalamun pupusing tresno
Tetapi Semua itu sia-sia teringat lamunan kandasnya cinta
Wes tak cobo nglalekke sliramu
Sudah kucoba melupakan dirimu
Nanging tak lali lali tan biso lali
Tapi tak lupakan tak bisa lupa
Catatan : Lirik ini diganti dari kata nimas menjadi kangmas dan ayu diganti bagus dikarenakan oenyanyinya perempuan guna menyesuaikan dengan realitas penyanyinya.
Beksan Menak Putri Kridha Warastra merupakan
salah satu tari yang digarap bersumber dari ragam gerak Menak Putri. Ragam
Menak tersebut diciptakan pada era Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan
terinspirasi dari Wayang Golek Menak. Beksan ini menceritakan Prajurit putri
dari kerajaan Ambarkustub yang sedang berlatih perang untuk melawan Kerajaan
Koparman dengan menggunakan senjata jemparing (Panah). Gerakan dalam tarian ini
diambil dari ragam gerak menak putri berkarakter branyak dan terdapat
beberapa gerak pencak di dalamnya.
Beksan (tari) Golek Menak adalah sebuah genre
dramatari ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940-1988). Gagasan penciptaan
tari ini dicetuskan Sultan setelah menyaksikan pertunjukan Wayang Golek Menak
yang dipentasakan oleh seorang dalang dari Kedu pada tahun 1941. Apabila dramatari
Wayang Wong menceritakan kisah Ramayana dan Mahabarata, dramatari Golek Menak
menceritakan kisah-kisah yang diambil dari Serat Menak. Untuk mewujudkan
gagasannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menunjuk KRT Purbaningrat dan para
penari terbaik keraton untuk mentransformasikan gerak wayang golek kayu, atau
wayang tengul, ke dalam bentuk gerak tarian. Sultan juga mengundang Ki
Widirayitno, seorang dalang dari Sentolo, Kulonprogo, untuk memainkan wayang
golek di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sempat mengawasi langsung proses awal dari penciptaan Beksan Golek Menak. Saat itu
tercipta Gerakan untuk tiga tipe karakter, yaitu karakter menak putri untuk
tokoh Dewi Suradewati dan Dewi Sirtupelaheli, menak gagah untuk Prabu Dirgamaruta
dan menak alus untuk Raden Maktal. Gerakan tarinya menitikberatkan pada Gerakan
lambung, Gerakan kaki yang diperingan, serta Gerakan pacak gulu pada leher. Gerakan-gerakan
tersebut adalah usaha untuk mempresentasikan Gerakan wayang goleh pada manusia.