Kamis, 28 September 2023

Riwayat Dolalak | Sejarah Dolalak | Asal-Usul Dolalak | Dolalak Kesenian Rakyat Khas Kabupaten Purworejo

Asal mula Tari Dolalak adalah akulturasi budaya barat yaitu Belanda dengan timur yaitu budaya Jawa. Pada jaman Hindia Belanda Purworejo terkenal sebagai   tempat melatih serdadu atau tentara. Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka berasal dari berbagai daerah, tidak hanya Purworejo saja dan dilatih oleh tentara atau militer Belanda. Mereka hidup di tangsi atau barak tentara.

Ketika mereka hidup di tangsi tersebut, maka untuk membuang kebosanan dan rasa rindu terhadap keluarga mereka menari dan menyanyi saat malam hari. Tarian yang mereka lakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing, ada yang melakukan dengan gerak pencak silat, ada pula yang menirukan dansa yang dilakukan para serdadu Belanda. Bagi yang tidak bisa menari mereka bernyanyi atau bersenandung bisa lagu bebas yang bernada pentatonis atau  nada diatonis. Gerak dan lagu yang menarik kemudian menjadi inspirasi pengembangan kesenian yang sudah ada yaitu rebana atau kemprang oleh tiga orang dari Dukuh Sejiwan Desa Trirejo Kecamatan Loano yaitu :

1.    Rejo Taruno

2.    Duliyat

3.    Ronodimejo

Ketiga orang tersebut bersama dengan warga masyarakat kemudian membentuk grup kesenian. Awalnya pertunjukan kesenian tersebut tidak diiringi instrumen, namun dengan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan silih berganti oleh para penari atau secara koor. Perkembangan berikutnya setelah dikenal dan digemari oleh masyarakat, pertunjukan kesenian ini diberi instrument atau iringan dengan lagu-lagu yang sering dinyanyikan di tangsi yang terasa dominan dengan notasi do-la-la. Dalam proses perkembangannya dari pengaruh jaman dan kondisi kemasyarakatan serta penyajiannya maka kesenian ini kemudian diberi nama Dolalak. 

Busana yang dikenakan oleh penari terpengaruh  pakaian serdadu Belanda. Hal ini dapat kita lihat dari baju lengan panjang dan celana tanggung dengan warna gelap atau hitam, pangkat atau rumbai di bahu dan dada, topi pet dan kaca mata hitam. Sampur dipergunakan sebagai pelengkap busana, yang merupakan kebiasaaan orang Jawa dalam melakukan kegiatan menari yang selalu menggunakan sampur atau selendang.

Penyebaran Tari Dolalak  dimulai oleh tujuh pemuda dari Desa Kaliharjo yang belajar Tari Dolalak di Dukuh Sejiwan Desa Trirejo Kecamatan Loano. Selanjutnya di Desa Kaliharjo Tujuh pemuda tersebut membentuk Grup Dolalak yang diberi nama Budi Santoso. Grup ini yang menyebarkan Tari Dolalak di wilayah Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.  Selain dari Desa Kaliharjo, tim meyakini bahwa yang belajar di Desa Sejiwan  ada dari desa lain, sehingga perkembangannya ada gaya Mlaranan, Logungan dan Pesisiran. (Diakses, 5 Agustus 2022.

Tari Dolalak dahulu disajikan sehari semalam, umumnya dimulai sekitar jam 10.00 sampai sore diteruskan jam 20.00  sampai menjelang subuh seperti pertunjukan wayang kulit. Setelah tahun duaribuan pentas Tari Dolalak diberi izin kepolisian hanya sampai jam 01.00. 

Tari Dolalak secara keseluruhan kurang lebih terdiri dari 60 lagu. Dalam penyajiannya ditampilkan beberapa jenis tarian yang disesuaikan dengan durasi dan permintaan.  Tiap jenis dibedakan berdasarkan syair lagu yang dinyanyikan. Setiap pergantian lagu berhenti sesaat sehingga ada jeda tiap ragam geraknya. Pada puncak pertunjukan ada penari yang mengalami ndadi atau trance yaitu adegan dimana penari akan melakukan gerak-gerak di luar kesadarannya. Namun, untuk kepentingan tertentu misalnya menyambut tamu pemerintah, pra-acara pertemuan kedinasan, Tari Dolalak dipentaskan dengan durasi pendek yaitu 7 sampai dengan 15 menit dengan menampilkan Tari  Dolalak garap padat.

        Pengembangan Tari Dolalak pada awalnya dilakukan  oleh kelompok tari atau grup dengan bimbingan pamong budaya dari dinas yang membidangi kebudayaan. Pada tahun 2022 Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengambil langkah memasukkan Tari Dolalak menjadi muatan lokal wajib sebagai bentuk pembinaan dan pelestarian di sekolah-sekolah di  Kabupaten Purworejo. Selain itu Tari Dolalak  sering  dipentaskan untuk menyambut tamu pemerintah, acara resmi pemerintahan dan dipentaskan  secara masal oleh peserta didik pada peringatan hari besar. Pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2019  di Alun-alun Purworejo dipentaskan Tari Dolalak masal yang ditarikan oleh 5.600 peserta didik. Sedangkan yang dipentaskan di seluruh Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dengan jumlah peserta  sekitar 16.000 peserta didik dilakukan secara serentak di semua kecamatan. Pada tahun 2019 Tari Dolalak tercatat memecahkan rekor nasional.  Dari sisi perlindungan hukum, Tari Dolalak telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019 tercatat dengan nomor 103616/MPK.E/KB/2019 tanggal 8 Oktober 2019, dan Kemenkumham tahun 2011 sebagai Hak Kekayaan Intelektual Komunal Kabupaten Purworejo.


Sumber : 1. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1185

                2. https://www.romadecade.org/tari-dolalak/#!

                    3. Wawancara dengan Bapak Eko Marsono dan Sajiyono 

#DolalakPurworejo #Dolalak #DolalakPutri #DolalakLanang #KesenianRakyat #TariTradisional #WBTB 

Tidak ada komentar:

Flag Counter