Minggu, 20 April 2014

Puisi Karbitan

Karbitan

Saat hidung ini tak lagi mampu menghirup udara pagi
Bahkan saat dupa itu menyala di depan mata
Tetap aku tak mampu menghirup harum aromanya
Memang tak begitu sakit ataupun menderita
Namun terlalu membuat gelisah mbem,

Andaikan waktu lima tahunku itu sesingkat mimpi
Saat kau terpejam dan melawati semua hari dengan senyuman
Dan kau terbangun dengan sejuknya pagi
Melihat dengan penuh percaya di balik jendela
Selaksa berkata, mentari tak pernah mengingkari janjinya
Waktu serasa singkat saat kau bermimpi
Dan tahukah engkau
Betapa senangnya aku ketika melihatmu terbangun
Bangun dari mimpimu, dengan senyum lesung pipi kirimu
Bahagia hati ini, selaksa berdiri dihadapan bantaran sungai dengan taburan bunga di taman-taman kecil yang indah.

Namun, semua itu akankah terjadi
Apakah engkau masih percaya bahwa mentari akan terbit esok pagi
Bukan berarti aku memaksa
Jika saja itu terjadi, tenanglah hati ini
Sesungguhnya engkaulah yang selalu meredam segala emosi dan gejolak jiwa hati ini

Andaikan saja kau percaya
Bahwa cinta ini bukanlah suatu yang lama

Andai engkau percaya bahwa ini bukanlah cinta karbitan
Cinta yang begitu singkat dan kata orang terlihat indah.
Bukankah itu tidak sehat?
Mbem percayalah, semua ini alami
Panda mencoba untuk tulus dan terus mempertahankan warnanya
Mempertahankan pelangi sembilan warnanya
Hanya saja, sudah terkurung dalam kebun perlindungan dimana ia memilih
Dan engkaulah yang ia nantikan
Andai engkau tahu
Semua ini alami tanpa karbitan.
Lima tahun itu singkat
Andai engkau sepakat, semua ini hanya seperti mimpi
Setelah semua usai, ia akan membawa mawar di balik jendela
Untukmu dengan ikatan lingkaran kuning.

Karena semua itu tak semudah karbitan.

Tidak ada komentar:

Flag Counter