Mungkin Bisa Dikatakan Aku Dan Rokok
Aku masih tak
mengerti, mengapa mereka masih juga menghisap rokok. Bukankah itu menyiksa diri
mereka sendiri ya? Tapi herannya mereka pun tahu bahwa itu adalah penyakit dan
itu akan menyiksanya. Ironisnya mereka tetap saja menghisapnya setiap hari. Tak
habis pikir memang, mereka tak pernah peduli dengan apapun resiko apapun yang
akan diterimanya. Serasa mereka telah siap mananggung segala resiko tersebut,
mereka bilang ya itulah laki-laki. Ia tak pernah berfikir apapun, hal buruk
atau pun baik mereka tak peduli saat mereka telah menyatakan “SUKA”. Padahal ketika
mereka ditanya mengapa anda suka dengan hal itu, katakanlah rokok tersebut,
mereka selalu tidak memiliki alasan yang kuat dan jelas dalam mempertahankan
kesukaannya tersebut. Intinya aku suka dan aku bahagia dengan ini. Serasa bodoh
memang, kenapa juga mereka menyukai sesuatu tanpa alasan, suka tanpa alasan.
Mungkin itu pula yang
kurasa dengan rasa cinta yang kurasakan padamu. Aku memang bukan perokok, tapi
mungkin bisa jadi, rasa itu akan sama dengan mereka dengan rokoknya. Aku tahu
aku sakit, aku juga tahu hal ini buruk, bahkan juga menyiksaku. Tapi aku pun juga
tak peduli, toh aku juga tetap tersenyum dan masih mengingatmu. Kau tahu,
serasa hari tanpa bayangmu itu tiada, seperti mereka dengan rokoknya. Bodohnya aku
juga tak memiliki alasan mengapa juga demikian, disaat di luar pun juga masih
banyak yang lain. Tapi malah memilih yang menyakitkan, dan aku juga tak punya
alasan. Padahal kita pun jarang berjumpa, setahun dua kali pun mungkin
luarbiasa. Tapi mengapa aku juga tetap cinta? Aku juga tak mengerti, mungkin
itulah laki-laki saat ia telah menyatakan aku SUKA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar