Tisu
Ajaib
Masih tersimpan erat dalam diri
Saat mentari tak begitu cerah pun masih ada setitik tinta
Kurasa memang tak sesimple menghapus pena dengan tipe x
Kau tahu
Semua serasa telah metastatic dalam diri ini
Aku tak mengerti
Meski peluh ini juga tak mau berhenti
Tapi aku masih berdiri terpaku disini
Menanti habisnya malam
Tak habis pikir saat ia telah menemukan berlian di tepi
kota
Ada senyum di wajah manisnya
Dan aku masih tetap tatak menjalaninya
Saat mereka semua berkata bodoh pun, aku tetap terdiam
Berfikir tentang satu asa
Asa yang tersimpan rapi dalam diam
Tiadapun sedikit goresan ataupun luka,
Semua masih kokoh berdiri tak pernah goyah ataupun rapuh
Dan aku tak juga mengerti
Mengapa Semua itu kusembunyikan, sayangnya mimik wajah
ini selalu tak mau
Ia tak pernah berbohong
Tak menutupi semua yang telah sirna
Aku pun tak mengerti, semua itu tak kusadari
Aku tak pernah meminta pada diri ini
Cobalah mengerti
Aku hanya ingin mendengar sebuah bunyi
Dari hati yang nyata
Aku hanya ingin melihat
Melihat tulisan-tulisan itu dalam senyum
Aku hanya ingin merasa
Merasakan hangatnya senyummu
Namun aku juga tak mau meminta
Karena ku yakin semua itu semu
Tahukah engkau
Masih ada Sedikit rindu tapi terjaga
Sedikit sakit tapi tertawa
Sedikit rasa yang tak pernah sirna
Bayang-bayang itu serasa nyata saat senyumu masih
terpancar
Dan mata cokelat itu masih berbinar
Bagaimanapun aku ingin tenang dalam sunyi
Diam dalam hening
Asaku masih hidup
Pikirku sedetik pun cukup
Namun jika kau percaya
Sedetik pun tiada hening tanpamu
Aku tak percaya
Mengapa selalu ada engkau
Disetiap gerakku ada namamu
Disetiap pikirku ada senyummu
Disetiap candaku ada namamu
Disetiap tulisku ada jiwamu
Disetiap pandangku ada wajahmu
Disetiap candaku ada rinduku
Cukup,
Tahukah engkau
Rasaku tak pernah tenang saat kau sakit
Rasaku tak pernah tenang saat kau bersama sang pemain
ulung
Hati ini masih terjaga untukmu
Aku tak mengerti mengapa dalam jiwa ini masih belajar
untuk bersamamu
Jika saja tak ada kata seandainya
Ku pernah berfikir akulah orang yang gagal
Kenapa harus berdiam diri menanti bertahun-tahun
Jika hanya untuk menanti indahnya pelangi jam lima pagi.
Bodoh !!!
Aku kembali tak habis pikir,
Kenapa juga masih ada
Saat-saat peluhku masih mengalir,
Berharap hadirnya engkau bersama mentari
Saat-saat menanti hadirnya senyummu,
Berharap kuku-kuku itu masih bersih dan terjaga
Saat-saat aku membaca dan merenung
Berharap hangatnya pelangi sembilan warna si panda
Sayangnya,,,
Saat ku mengharap lembutnya jemarimu membasuh semua itu
Hanya ada aku sendiri bersamanya yang selalu menemani
Dialah yang selalu menangkan hati ini
Dialah yang selalu menyadarkanku dari semua realita
Tutur lembutnya begitu dalam
Bersamanya mungkin hatiku tenang untuk sejenak
Walau hanya selembar putih
Namun mungkin
ialah utusan Tuhan
Yang menghapus semua duka dan luka
Selembar tisu hati
Serasa jemari hangatmu yang menghapus segala gundah dalam
jiwa.
Dia pun juga berkata,
Tersenyumlah !!!
Andaikan saja tisu magic dapat mengahpuskan metastatic si
panda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar