Rabu, 25 Juni 2014

Revisi untuk Si Panda



Revisi

Cerita ini ku tulis untuk si Panda
Ku harap hanya ia yang tahu
Dan mungkin,
Hanya ia yang mengerti
Maaf Nda, kali ini bukan cerita sedih kok
Move on dong,,,,,,, !!!

Hey, andaikan masih ada waktu untuk kita berdua lagi
Pasti akan kuceritakan ini semua untukmu
Dengan persepsiku, agar kau tak lagi berembun di sudut matamu

Hey Nda, masih kah kau ingat ?
Ketika aku bilang tentang kuku dan mentari?
Mungkin, hari ini aku harus revisi.


Aku teringat saat masih SMP dulu
Kakiku pernah kejatuhan kursi
Sakit?
Ya iyalah pasti.
Dan waktu itu, kuku kelingking sebelah kiriku harus meningggalkan jarinya
Mungkin dia lelah, dan menangis hingga merah
Saking kerasnya ia menangis, guuuuede dia membuka,
Mungkin dia ngajak putus dengan jariku.
Ssssst, tapi ia kucuci dan ku simpan kok, setelah putus.
Walau aku juga lupa sekarang ia dimana.

Nda, tahukah kau?
Dia memang tumbuh lagi nda,
Tapi tak secantik sedia kala nda
Dia tak sehalus dan seputih yang dulu,
Gak percaya? Nih !!!
Memang sih nda, dia lebih tidak jelas
Juga tak seindah dulu
Awalnya sih memang berat nda
Tapi mau bagaimana lagi, dia memang harus ganti
Daripada kelingkingnya gak ada kukunya? Lucu deh imut-imut

Dan ku pikir,
Memang sih tak sebaik yang dulu
Toh ia tetap tumbuh juga
Dia tetap ku bersihkan juga
Semua sama

Kupikir, dia unik
Beda dari yang lain
Justru karena itu dia jadi mudah di ingat
Yah walaupun yang lama 19
Tapi, 1 minoritas mungkin juga indah
Lupa yang dulu itu tak mungkin,
Tapi, , , ? ? ? ya tapi !!!

Dan aku menyimpulkan kukuku bisa berganti
Dan selalu sama seperti yang lainnya
Walaupun tak seperti yang dulu
Dan tak harus yang dulu
Dia pasti, SENSASIONAL.
Sssssstt

Trus Nda.
Kupikir untuk matahari,
Memang Nda, dia akan terbit
Dia akan kembali Nda.
Tapi kurasa, walau ia satu, rasanya kok beda ya Nda?
Kita ganti hari nda,


Iya gak sih?
Fine deh, Oke mentari memang satu Nda
Tapi rasanya tetap beda Nda
Mungkin dan kurasa, memang sih satu, tapi mungkin yang mengubah bumi itu sendiri
Mentari kadang memang panas, dingin, bahkan sering juga sejuk Nda,
Tapi kau tahu ?
Bukankah semua itu akibat dari apa yang dilakukan bumi itu sendiri Nda?
Memang mentari tak pernah ganti Nda
Dan dia tetap ada
Tapi bumi harus berganti Nda,
Ia tak diam.
Kau tak berubah nda, tapi aku yang harus revisi.
Berhentilah membuat embun, ini sudah siang nda.
Dan kurasa,
Bagaimanapun memang mentari akan terbit Nda
Dan mentari itu memang tetap satu
Tapi kurasa, persepsi Bumi harus mengikuti arus
Arus perubahan yang terjadi di dalam bumi
Bumi tak harus hancur Nda, Bumi hanya butuh Go Green
Kembali membuat persepsi sendiri tentang matahari, dan melindungi diri dari cahayamu
Karena semua itu tidak akan pergi.
Semangat Nda, semangatlah toga itu bersama berselempang putih.

Maaf Nda, aku tak sempurna
Maaf aku tak tepati janji
Maaf Nda aku selalu membuat jernihnya embun di kelopak matamu
Maaf Nda jika kau harus selalu diam dan marah
Maaf Nda aku harus revisi
Maaf Nda tapi aku juga harus bilang

Kau lihat itu nda ?
Tiang bendera di tengah lapangan itu?
Walau panas, kurasa ia tersenyum Nda
Lihatlah, ia berdiri tegak mengibarkan pusaka negeri ini
Kau tahu, lihatlah betapa senyum itu indah
Saat ia dirawat, saat ia dicat putih mengkilap
Saat ia dipakai, mungkin ia tertawa lepas bahagia nda.

Dan lihatlah Nda, saat ia bersama bendera
Mereka berdua dihormati nda,
Keren kan ?
Kuharap kita sepakat
Ia pasti akan semakin tersenyum Nda

Nda, Nda. Coba deh lihat yang itu !
Aku tak tahu Nda yang itu senyum atau murung
Itu lho nda yang di tengah lapangan juga
Ia yang sedang menanti, dan menunggu itu lho
Ia menanti orang yang akan memakainya lagi Nda
Ia dulu Putih lho Nda
Tapi, sekarang lihat ia Nda
Dia masih aja berdiri di situ Nda,
Menanti ada yang merawatnya, menanti perawat yang pernah dihadapannya Nda,
Walau kadang sebelum di cat ia sering diamplas, dan itu sakit katanya
Tapi dia pernah bilang Nda, aku rindu rasa sakit itu
Lebih baik merasa sakit ketika ada dia, daripada senang tapi tanpa ada yang tahu
Katanya Nda

Loh, tapi buat apa juga ya Nda, dia tetap bersi keras berdiri disana
Tiang itu bodoh Nda,
Lihat dia sekarang,
Dia sih gak mau pindah, udah jelas loh padahal.
Tuh kan, berkarat, berdebu, jamuran lagi
Tak habis pikir, kenapa juga ia masih disini
Konyol nih besi
Yah, yah, yah
Nda, dia roboh Nda
Tak kuat nahan air
Berkarat dan lumpuh
Gak terawat sih, tak ada yang memperhatikan dia Nda
Salah dia juga, tetap berdiri di situ
Coba kalo aja ia pindah gitu, pasti gak akan konyol gitu kan
Yah walau tak seindah merah putih, megang antena juga indah kurasa Nda.
Iya kan?

Nda,
Haruskah aku juga berkarat Nda,
Aku tak mau mati konyol Nda
Memang besi tak akan kadaluarsa
Tapi ia berkarat Nda,
Bahkan hanya dengan selembut air, ia roboh Nda.

Maaf Nda, aku hanya bercerita
Dan hanya engkau yang tahu ceritaku
Ku harap engkau membacanya
Tapi mungkin juga tidak
Aku hanya tak mau salah untukmu
Aku tak mau lagi kau luka dan kecewa
Aku takut saat aku mengambil madu
Ternyata ada sebotol di samping bambu
Dan aku takut ada suramnya pagi di raut wajah
Mungkin secangkir kopi cukup Nda

Maaf Nda,
Jika aku masih berharap mentari pagi esok
Sama dengan mentari pagi 23 oktober Nda
Jika memang mentari itu masih ada
Ku harap ada pita merah saat kau pulang nanti Nda
Jika memang tiada
Aku tak mau menjadi tiang jika tanpa berndera Nda
Lebih baik aku menjadi rantai plastik di museum Nda

Nda, berhentilah menangis,
Hapus air mata
Jika kau memang Panda
Tetaplah menjadi limitid edtion
Tetap lucu dan murah senyum
Karena kau bukan hitam putih nda
Selalu ada pelangi disetiap kilaumu
I Love You


Tidak ada komentar:

Flag Counter