Revisi
Cerita ini ku tulis untuk si Panda
Ku harap hanya ia yang tahu
Dan mungkin,
Hanya ia yang mengerti
Maaf Nda, kali ini bukan cerita sedih
kok
Move on dong,,,,,,, !!!
Hey, andaikan masih ada waktu untuk
kita berdua lagi
Pasti akan kuceritakan ini semua
untukmu
Hey Nda, masih kah kau ingat ?
Ketika aku bilang tentang kuku dan
mentari?
Mungkin, hari ini aku harus revisi.
Aku teringat saat masih SMP dulu
Kakiku pernah kejatuhan kursi
Sakit?
Ya iyalah pasti.
Dan waktu itu, kuku kelingking sebelah
kiriku harus meningggalkan jarinya
Mungkin dia lelah, dan menangis hingga
merah
Saking kerasnya ia menangis, guuuuede
dia membuka,
Mungkin dia ngajak putus dengan
jariku.
Ssssst, tapi ia kucuci dan ku simpan
kok, setelah putus.
Walau aku juga lupa sekarang ia
dimana.
Nda, tahukah kau?
Dia memang tumbuh lagi nda,
Tapi tak secantik sedia kala nda
Dia tak sehalus dan seputih yang dulu,
Gak percaya? Nih !!!
Memang sih nda, dia lebih tidak jelas
Juga tak seindah dulu
Awalnya sih memang berat nda
Tapi mau bagaimana lagi, dia memang
harus ganti
Daripada kelingkingnya gak ada
kukunya? Lucu deh imut-imut
Dan ku pikir,
Memang sih tak sebaik yang dulu
Toh ia tetap tumbuh juga
Dia tetap ku bersihkan juga
Semua sama
Kupikir, dia unik
Beda dari yang lain
Justru karena itu dia jadi mudah di
ingat
Yah walaupun yang lama 19
Tapi, 1 minoritas mungkin juga indah
Lupa yang dulu itu tak mungkin,
Tapi, , , ? ? ? ya tapi !!!
Dan aku menyimpulkan kukuku bisa
berganti
Dan selalu sama seperti yang lainnya
Walaupun tak seperti yang dulu
Dan tak harus yang dulu
Dia pasti, SENSASIONAL.
Sssssstt
Trus Nda.
Kupikir untuk matahari,
Memang Nda, dia akan terbit
Dia akan kembali Nda.
Tapi kurasa, walau ia satu, rasanya
kok beda ya Nda?
Kita ganti hari nda,
Iya gak sih?
Fine deh, Oke mentari memang satu Nda
Tapi rasanya tetap beda Nda
Mungkin dan kurasa, memang sih satu,
tapi mungkin yang mengubah bumi itu sendiri
Mentari kadang memang panas, dingin,
bahkan sering juga sejuk Nda,
Tapi kau tahu ?
Bukankah semua itu akibat dari apa
yang dilakukan bumi itu sendiri Nda?
Memang mentari tak pernah ganti Nda
Dan dia tetap ada
Tapi bumi harus berganti Nda,
Ia tak diam.
Kau tak berubah nda, tapi aku yang
harus revisi.
Berhentilah membuat embun, ini sudah
siang nda.
Dan kurasa,
Bagaimanapun memang mentari akan
terbit Nda
Dan mentari itu memang tetap satu
Tapi kurasa, persepsi Bumi harus
mengikuti arus
Arus perubahan yang terjadi di dalam
bumi
Bumi tak harus hancur Nda, Bumi hanya
butuh Go Green
Kembali membuat persepsi sendiri
tentang matahari, dan melindungi diri dari cahayamu
Karena semua itu tidak akan pergi.
Semangat Nda, semangatlah toga itu
bersama berselempang putih.
Maaf Nda, aku tak sempurna
Maaf aku tak tepati janji
Maaf Nda aku selalu membuat jernihnya
embun di kelopak matamu
Maaf Nda jika kau harus selalu diam
dan marah
Maaf Nda aku harus revisi
Maaf Nda tapi aku juga harus bilang
Kau lihat itu nda ?
Tiang bendera di tengah lapangan itu?
Walau panas, kurasa ia tersenyum Nda
Lihatlah, ia berdiri tegak mengibarkan
pusaka negeri ini
Kau tahu, lihatlah betapa senyum itu
indah
Saat ia dirawat, saat ia dicat putih
mengkilap
Saat ia dipakai, mungkin ia tertawa
lepas bahagia nda.
Dan lihatlah Nda, saat ia bersama bendera
Mereka berdua dihormati nda,
Keren kan ?
Kuharap kita sepakat
Ia pasti akan semakin tersenyum Nda
Nda, Nda. Coba deh lihat yang itu !
Aku tak tahu Nda yang itu senyum atau
murung
Itu lho nda yang di tengah lapangan
juga
Ia yang sedang menanti, dan menunggu
itu lho
Ia menanti orang yang akan memakainya
lagi Nda
Ia dulu Putih lho Nda
Tapi, sekarang lihat ia Nda
Dia masih aja berdiri di situ Nda,
Menanti ada yang merawatnya, menanti
perawat yang pernah dihadapannya Nda,
Walau kadang sebelum di cat ia sering
diamplas, dan itu sakit katanya
Tapi dia pernah bilang Nda, aku rindu
rasa sakit itu
Lebih baik merasa sakit ketika ada
dia, daripada senang tapi tanpa ada yang tahu
Katanya Nda
Loh, tapi buat apa juga ya Nda, dia
tetap bersi keras berdiri disana
Tiang itu bodoh Nda,
Lihat dia sekarang,
Dia sih gak mau pindah, udah jelas loh
padahal.
Tuh kan, berkarat, berdebu, jamuran
lagi
Tak habis pikir, kenapa juga ia masih
disini
Konyol nih besi
Yah, yah, yah
Nda, dia roboh Nda
Tak kuat nahan air
Berkarat dan lumpuh
Gak terawat sih, tak ada yang
memperhatikan dia Nda
Salah dia juga, tetap berdiri di situ
Coba kalo aja ia pindah gitu, pasti
gak akan konyol gitu kan
Yah walau tak seindah merah putih, megang
antena juga indah kurasa Nda.
Iya kan?
Nda,
Haruskah aku juga berkarat Nda,
Aku tak mau mati konyol Nda
Memang besi tak akan kadaluarsa
Tapi ia berkarat Nda,
Bahkan hanya dengan selembut air, ia
roboh Nda.
Maaf Nda, aku hanya bercerita
Dan hanya engkau yang tahu ceritaku
Ku harap engkau membacanya
Tapi mungkin juga tidak
Aku hanya tak mau salah untukmu
Aku tak mau lagi kau luka dan kecewa
Aku takut saat aku mengambil madu
Ternyata ada sebotol di samping bambu
Dan aku takut ada suramnya pagi di
raut wajah
Mungkin secangkir kopi cukup Nda
Maaf Nda,
Jika aku masih berharap mentari pagi
esok
Sama dengan mentari pagi 23 oktober
Nda
Jika memang mentari itu masih ada
Ku harap ada pita merah saat kau
pulang nanti Nda
Jika memang tiada
Aku tak mau menjadi tiang jika tanpa
berndera Nda
Lebih baik aku menjadi rantai plastik
di museum Nda
Nda, berhentilah menangis,
Hapus air mata
Jika kau memang Panda
Tetaplah menjadi limitid edtion
Tetap lucu dan murah senyum
Karena kau bukan hitam putih nda
Selalu ada pelangi disetiap kilaumu
I Love You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar