Ini impianku,
Meski hanya aku yang mendengar, melihat, dan merasa
Padamu yang lahir di dua belas
Inilah aku dengan penuh keraguanku
Angkuh dengan diri, sulit membuka diri
Namun karenamu
Kutuliskan selembar asaku
Untuk sekedar nama yang enggan pergi
Deru deras mengalir lepas
Inilah kisahnya, sandiwara lugu tak kunjung tuntas,
Ada hati sempat menolak, karena neraca usia tak
bersahabat
Namun siapa peduli, namamu mengganggu setiap mimpi
Prahara hati kian mengikis
Rasa angkuh yang mulai rapuh
Akar ranting mulai bergoyang
Variasi cinta yang membingungkan
Inikah engkau yang dinantikan
Tidakah engkau menutup pintu
Apalah arti aku
Si rendah nan terpencil
Adakah jawab lilin lilin dua belas itu, entahlah
Rasa rasa yang kurasakan? Entahlah
Ini bukan syair yang berarti, hanya sekedar ungkapan
huruf kapital awal baris kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar