Aku lelaki juling bermata jalang
Ahli hisab pengamat pemakai jilbab
Getir hati saat terpikat, pekuk rindu
tentramnya kalbu
Melihat ukhti dalam syar’i bukan
syar’inan
Terdesit pelik syar’i hijabmu
Kian hari tak terganti, lama pula tak
bersua
Pada engkau penuntun syurga
Ini karena engkau, aku lelaki jalang
bermata juling
Tataplah mereka yang bilang ngetrend
Hijabnya membelalak mata, ketubuhan apa
lagi yang ia banggakan
Relung hati berpeluh sedu
Hijabmu bukan ketagihan karena
tuntutan, tapi tuntunan dan kebutuhan
Karenanya bukan sekedar pagar yang ia
dustakan
Apa benar niat hati jika tutur katanya. MasyaAllah, miris ukhti
Apalah arti jika begitu, syar’i ini
bukan syar’inan
Bukan laksana sajadah yang kau injak-injak
tanpa makna
Padahal ia tempatmu sujud
Syar’inya hanya syar’inan, seperti
adzan tanpa iqomah
Petuah pilu lelaki juling bermata
juling
Kenakan apa yang harus kau kenakan,
tinggalkan ia yang tak patut kau kenakan
Sebelum hati menjadi juling, mari kita
mulai meninting,
Tiada manusia punya hidayah, karena ukhtiku
hanya bualan
Syair ini hanyalah ungkapan, Allahlah yang
menunjukan,
Karena hanya Ia yang punya jalan, dan
kau yang menentukan
Aku syar’i menangis perih, karena
ukhtiku jalang telah terkubur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar