Selasa, 23 Desember 2014

Puisi Metamorfosa



Metamorfosa hidup

Metamorfosa

Tangis itu mengalir
Saatku mulai meragukan keadilan Tuhan
Kilat-kilat pertanyaan mulai meniup wajah
Menyisir untuk memerah
Terdiam dalam tanya
Menggerutu dalam hati
Apa, Mengapa, Bagaimana, sampai Kapan
Ah apalah, dia menyebalkan

Dan rasa syukur itu mulai larut
Carut tergiling bersama kicauan setan

Katamu, Tuhanmu selalu ada dalam kalbumu
Mungkin jawaban Tuhan terlalu abstrak untuk dimengerti
Ingatlah bahwa Ia lebih mengetahui dari apa yang engkau ketahui
Dialah yang tak perlu kau ragukan lagi
Bersyukurlah, nikmati segala tantangan dalam hidupmu

Hardikmu mengingatkanku
Ketika guru kita mulai berkata
Kau teramat indah untuk menjadi kupu-kupu jelita
Saat kau adalah ia
Dan kau mulai inginkan kawan seindah dirimu
Tapi Tuhan memberimu ulat berbulu

Haruskah engkau menyesal
Meratapi nasib dan keadaan
Dan seraya berkata, inilah ketidak adilan Tuhan

Bodoh
Sesungguhnya
Engkau pun tahu bahwa ulat itu akan menjadi kupu-kupu yang indah
Yang akan melengkapi dirimu, menemani langkah setiap kepakan sayapmu
Menyusuri setiap sudut-sudut langit di atas awan
Ia mungkin masih buruk
Bersabarlah, ia dalam metamorfosa
Tuhanmu lebih indah untuk melukiskan cerita
Tersenyumlah, dan ulatmu akan segera menjadi kupu-kupu

Tidak ada komentar:

Flag Counter