![]() |
Sendaren |
Sendaren
13 Okt ‘14
Tiada
lagi kata terucap,
Kurasa
Tiada
lagi angin bertiup sedu,
Tiada
lagi syair terurai, untuk mengungkap semua itu
Semua
telah berakhir,
Ku
pikir,
Dan
semuanya hilang
Mungkin
salah itu terlalu dalam,
Hingga
jemari ini tak lagi bergetar,
Menggoreskan
titik titik tinta,
Entahlah,
tiap kali jemari ini bergerak,
Ketika
itu pula
Aku
melihat si panda.
Inginku
tak lagi mengingat
Namun
apa daya
Aku
tak kuasa
Sudahlah,
Sekarang
bukan lagi untuk saling menyalahkan
Tapi
bagaimana cahya itu kembali
Semua
telah tak berarti
Dan
bintang itu telah jauh,
Mungkin
aku bisa melihat bintang,
Walau
kecil,
Tapi
bintang tak pernah melihatku
Karenaku
terlalu kecil,
Mungkin
aku tak pernah tahu
Bintang
itu di barat atau pun timur
Masih
berkelip atau berpijar
Warna
apa pun aku tak mengerti
Sudahlah,
Mungkin
semua itu seperti sendarenku
Tak
begitu besar, namun ia melayang
Memang
tak merdu, mungkin juga berisik,
Ia
tak secerah bintang di langit,
Ia
tak setinggi burung melayang,
Namun
ia stabil, menerima dinginnya angin malam
Mungkin
ia tak bergerak, ia juga dingin
Tapi
saat kau memandang,
Tataplah
karena bintang dilangit itu hangat,
Sendarenku
tak sedingin itu.
Angin
sedu tak lagi bersahabat,
Mungkin
juga lelah
Namun
senarku tak lagi kuasa
Putus
????
Ya.
Mungkin
ia bebas,
Mungkin
ia ceria, bergoyang ke kanan dan ke kiri
Bebas,
lemah atau kuat
Senarku
tak lagi menyatu
Bisakah
?
Senar
itu masih mengingat bagaimana kita terikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar