Rabu, 11 Mei 2016

Ini Ibu Saya, Maaf ya bu

Ini ibu saya

Hari ini saya terkejut. Kebiasaan buruk saya selalu menjadi masalah dalam diri yang oaling sulit untuk diatasi. Dan ini mungkin bias dirasakan oleh sosok ibu saya, yang biasanya hanya diam.

Kejadian ini bermula saat zull terbangun jam 2 pagi, terbangun karena teringat belum shalat isya. Kemudian bangunlah saya, berjalan ke belakang, dari ruang tamu. Lho? Iya biasa orang kere mah gak level punya kamar sendiri, tidur di ruang tamu dong. Haha.

Lanjut saya berwudhu, dan kemudian melaksanakan shalat isya sejenak. Pasca shalat isya meski tanggung sebenarnya saya tetap ingin melanjutkan tidur saya. Alih alih tidur, yang terjadi sulit tidur, sampai bolak-balik posisi, dan meski lampu telah dimatikan pun mata ini juga tak kunjung terpejam. Dan yang paling saya ndak suka adalah masalah pribadi saya, selalu pilek setelah bangun tidur, haduhhhh.

Setengah jam kemudian, tiba-tiba ibu saya bangun dari tidurnya dan menghampiri saya. Dan dengan lembut ia pun berkata, kenapa? Kok nangis, ada masalah apa, ceritalah?
Saya yang notabene masih males untuk berbicara, tinggal bilang saja, gak papa.
Meski ibu saya terus mengejar menanyakan apa yang saya rasakan tapi saya tetap diam, dan bilang tidak apa-apa.

Mungkin ibu saya yang paling peka dengan diri saya, tapi jujur, baru kali ini orang tua saya terutama ibu saya melakukan hal tersebut. Benar-benar bertanya pada saya, kenapa dana pa yang terjadi.

Saya tidak pernah bercerita apapun memang dengan keluarga saya, apa yang saya alami, baik di sekolah ataupun dimanapun sepanjang perjalanan hidup saya. Jadi seringnya saya merasa kesepian meski dikerumunan orang banyak. Saya tipe orang yang terbuka, tapi pilih pilih orang kalau ingin bercerita. Karena seringnya tidak nyambung.

Tapi malam itu hati saya lega, selama 22 tahun, mungkin ini perhatian pertama kalinya yang saya rasakan. Karena sebelumnya, yang saya lihat dari mereka, kalau tidak bertengkar, berdebat tentang agama, berdebat tentang tetangga, berdebat tentang hutang, dsb. Mereka tidak pernah menanyakan kapan saya punya PR, tidak pernah menanyakan apa yang terjadi di kelas. Mereka tak pernah menanyakan saya memancing dapat berapa, dsb. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Oke sibuk boleh dimaklumi, mereka sibuk, tapi kami tetap miskin, itu masalahnya.


Tapi terimakasih ibu, untuk hari ini, setidaknya sedikit telah mengurangi kesedihan hati ini. Tapi mohon maafkanlah, zul tetap diam, belum waktunya bapak dan ibu mendengar semua cerita ini. ini hanya kebiasaan buruk, kalau zul sering sendiri inilah yang terjadi, sering merasa sedih, mengingat hal aneh, dan menyalahkan diri sendiri. Zul hanya butuh teman untuk bercerita, yang bias memberikan sebuah solusi. Maaf untuk saya tetap diam. Mungkin masa kanak-kanak ini mulai kembali muncul di suasana yang berbeda. 

Tidak ada komentar:

Flag Counter