Senin, 16 Mei 2016

Puisi Sesatku


Sesatku



Aku hanya sebagian dari orang yang tersesat

Merasa terbuang saat engkau yang bijak tak lagi bertanggungjawab

Aku tersesat dalam duniamu yang tak pernah ku mengerti, meski hari terus berganti

Terimakasih tuan, engkau menunjukanku jalan terang nan menyesatkan

Ini bukan duniaku, kataku sembari mengusap tetes peluhku

Aku yang lelah tidak tahu kemana harus melangkah



Senyumu tuan, memang terasa lebih indah

Saat melihatku terbuang, terdampar tanpa tujuan selaksa sampah menepi tanpa arah

Tuan bijak, haruskah aku selalu menelan ludah

Menyaksikan picikmu memutar lidah untuk mengubah berlian menjadi sampah



Tuan,

Meski ku tak kumengerti apa yang kau ucap

Karena aku tak secerdas anjing piaraanmu

Tak pernah menolak dan selalu tunduk, hanya mengonggong tanpa bicara

Dan diam dengan hardikmu

Tapi aku mampu merasa, ini goresan luka yang kau taburi dengan serpihan kaca



Hati-hatilah tuan,

Ini suaraku yang hina, yang tak lagi kau sapa

Mungkin aku hari ini tersesat, terkurung dalam duniamu yang penuh penat

Meski aku tak mampu melaknat, namun jangan harap kau selamat,

Karena akhir takdirku, bukanlah ketenangan jiwamu


Yogyakarta, 25 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Flag Counter