Sesatku
Aku hanya
sebagian dari orang yang tersesat
Merasa
terbuang saat engkau yang bijak tak lagi bertanggungjawab
Aku
tersesat dalam duniamu yang tak pernah ku mengerti, meski hari terus berganti
Terimakasih
tuan, engkau menunjukanku jalan terang nan menyesatkan
Ini bukan
duniaku, kataku sembari mengusap tetes peluhku
Aku yang
lelah tidak tahu kemana harus melangkah
Senyumu tuan,
memang terasa lebih indah
Saat
melihatku terbuang, terdampar tanpa tujuan selaksa sampah menepi tanpa arah
Tuan bijak,
haruskah aku selalu menelan ludah
Tuan,
Meski ku
tak kumengerti apa yang kau ucap
Karena aku tak
secerdas anjing piaraanmu
Tak pernah
menolak dan selalu tunduk, hanya mengonggong tanpa bicara
Dan diam
dengan hardikmu
Tapi aku
mampu merasa, ini goresan luka yang kau taburi dengan serpihan kaca
Hati-hatilah
tuan,
Ini suaraku
yang hina, yang tak lagi kau sapa
Mungkin aku
hari ini tersesat, terkurung dalam duniamu yang penuh penat
Meski aku
tak mampu melaknat, namun jangan harap kau selamat,
Karena
akhir takdirku, bukanlah ketenangan jiwamu
Yogyakarta, 25 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar